Mengasah Kecerdasan Emosi dan Sosial Anak
Mengasah Kecerdasan Emosi dan Sosial Anak
Tentu orangtua ingin anaknya menjadi seseorang yang memiliki kepedulian sosial tinggi kepada masyarakat di sekitarnya. Orangtua hendaknya mengajarkan kepada anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan teman-teman sebayanya, bahkan dengan orang dewasa. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kepekaan sosial anak. Supaya anak tidak tumbuh menjadi anak yang egois. Selain itu insyaAllah anak juga akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri.
Bukankah tujuan manusia diciptakan ke dunia ini adalah sebagai khalifah (pemakmur bumi). Nah, dengan mengajarkan anak untuk berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya insyaAllah kelak akan sangat bermanfaat ketika mereka menjalankan perannya sebagai pemakmur bumi, apapun passion yang ditekuninya kelak.
Mengajak anak menghadiri majelis orang dewasa
Untuk mengasah kemampuan bersosialisasi anak, orangtua dapat mengajak anak menghadiri majelis orang dewasa. Para sahabat di zaman Rasulullah ﷺ telah mengajak anak-anak mereka untuk menghadiri kumpulan orang dewasa. Sehingga dapat menumbuhkan kecintaan anak-anak pada majelis-majelis yang mulia. Bahkan dapat menumbuhkan kecintaan mereka terhadap ilmu, menumbuhkan keberanian bertanya ataupun berpendapat, yang tentunya dapat menambah wawasan anak.
Saya sendiri senang mengajak anak menghadiri majelis ilmu, entah itu di rumah, aula, ataupun masjid. Ketika orangtua menuntut ilmu, tanpa terasa anak ikut menyimak, bahkan turut menghafalkan ayat Alquran yang sedang saya pelajari. Terkadang disediakan pendamping untuk anak. Sehingga selagi orangtua mengikuti seminar, anak-anak diberikan kegiatan yang menyenangkan dan terarah.
Mengajarkan tugas rumah pada ananda
Sewaktu kecil, kita pasti terbiasa membantu pekerjaan domestik orangtua seperti menyapu, mencuci piring, atau berbelanja ke warung. Meskipun pekerjaan yang kita lakukan mungkin tidak sempurna, setidaknya kita telah berlatih untuk melakukannya.
Sekarang setelah kita menjadi orangtua, insyaAllah kita makin memahami betapa pentingnya mengajarkan tugas rumah pada anak. Biasanya orangtua cenderung merasa tidak tega pada anak, akhirnya malah mengerjakan semuanya sendiri. Padahal bisa jadi anak malah merasa senang diberikan tanggung jawab oleh orangtuanya.
Pada zaman Rasulullah ﷺ, anak-anak sangat suka membantu memenuhi kebutuhan orang dewasa khususnya Rasulullah ﷺ. Hal ini karena anak-anak telah dididik orangtuanya untuk melaksanakan tugas-tugas keluarga atau membantu kedua orangtuanya. Sehingga muncul kepekaan dalam diri anak-anak untuk membantu keperluan orangtuanya, bahkan sebelum diminta. Dan kita perhatikan bagaimana Nabi ﷺ memberikan balasan kepada anak yang melayaninya dengan memberikan doa atas pelayanan yang ia berikan.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa mengajarkan kemandirian pada anak, khususnya dalam mengerjakan tugas rumah, amat banyak manfaatnya. Hal tersebut akan membantu anak menguasai life skill yang amat ia butuhkan untuk survive. Mulailah dari hal-hal kecil, seperti merapikan tempat tidur, mandi, makan, berpakaian sendiri, mencuci piring bekas makannya sendiri dst. Yang tidak kalah penting adalah tumbuhnya kepekaan anak untuk membantu kedua orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Dan seperti yang diajarkan Rasulullah ﷺ berikan apresiasi serta doa untuk anak yang sudah berusaha membantu kedua orangtuanya.
Membiasakan mengucap salam
Senyum, salam, sapa, sopan, santun atau yang biasa disingkat 5 S oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) memang terbukti menjadi modal bagi kita untuk membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Jika kita mengajarkan tips ini pada anak, insyaAllah akan memudahkan ananda dalam menjalin persahabatan dengan teman-teman sebayanya.
Sebagai seorang muslim tentu kita tahu bahwa memberikan senyuman ramah ketika bertemu orang lain adalah sedekah. Sedangkan ketika menyapa saudara kita sesama muslim, kita telah diajarkan untuk senantiasa mengucapkan salam. Anak-anak mesti dibiasakan untuk mengucapkan salam. Khususnya apabila bertemu saudara sesama muslim (khususnya orangtua dan orang dewasa) atau akan masuk ke dalam rumah.
Memperhatikan anak saat sakit
Nabi ﷺ telah mengajarkan kita untuk menjenguk anak-anak yang sakit. Ketika seorang anak yang masih fitrah (bersih) mendapati orang dewasa menjenguknya ketika ia sakit, maka kelak ia akan terbiasa menjenguk orang lain yang sedang sakit. Ketika menjenguk anak yang sedang sakit, hal ini juga merupakan momen untuk menyampaikan nasihat-nasihat agar anak menjadi lebih dekat kepada Allah ﷻ.
Memilihkan teman yang baik
Rasulullah ﷺ ketika kecil juga bermain bersama teman-teman sebaya. Ketika beliau sudah menjadi seorang Rasul, beliau masih menghampiri anak-anak yang sedang bemain dan memberi salam pada mereka. Beliau tidak pernah bersikap kasar kepada mereka, beliau juga tidak pernah mengusir mereka, tetapi justru mendoakan mereka agar memperoleh curahan rahmat dari Allah ﷻ.
Demikianlah, seorang Nabi saja selain mendidik anak-anak beliau sendiri, juga mendidik anak-anak lain dengan penuh kelembutan. Hal ini dapat kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Ketika ada anak tetangga yang bermain ke rumah kita, luangkanlah waktu menemani mereka bermain seraya menyelipkan nasihat kepada mereka. Keakraban dengan anak-anak akan memudahkan untuk mengarahkan mereka menjadi lebih baik.
Orangtua juga dapat mengarahkan anak untuk memilih teman-teman yang baik dan shalih, karena seperti sabda Nabi ﷺ, “Perumpamaan orang yang bergaul dengan orang shalih dan orang yang bergaul dengan orang yang buruk seperti penjual minyak wangi dan tukang tempa besi. Pasti kau dapatkan dari pedagang minyak wangi apakah kamu membeli minyak wanginya atau sekadar mendapatkan bau wewangiannya, sedangkan dari tukang tempa besi akan membakar badanmu atau kainmu atau kamu akan mendapatkan bau yang tak sedap (HR. Bukhari).
Menginap di rumah keluarga yang shalih
Pada zaman Nabi ﷺ ternyata telah dicontohkan bahwa keponakan beliau pernah bermalam di rumah beliau agar dapat meneladani langsung akhlak dan ibadah keseharian Nabi ﷺ. Saya pun paling senang manakala mudik ke kampung halaman dan bertemu dengan keponakan-keponakan saya (anak dari kakak kandung). Terkadang saya mengajak mereka ke perpustakaan dan membacakan buku untuk mereka. Mereka juga kami arahkan untuk selalu menunaikan shalat lima waktu berjamaah.
Penulis: Hani Fatma Yuniar
Comments
Post a Comment